Yesus, Kasih, Anugerah, Keselamatan

Yesus, Kasih, Anugerah, Keselamatan

Yohanes 1:14: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

 

Dimulai dari Kasih

Allah Bapa sang pencipta khalik langit dan bumi adalah Allah aktif dan bukan pasif, Dia ingin selalu bersama-sama dengan ciptaan-Nya, bahkan setelah manusia jatuh pun Dia ingin selalu bersama-sama dengan manusia. Dia bukan Allah yg tertutup. Hanya Dia satu-satunya Allah, tidak ada yang membatasi dan menentukan arah-Nya. Allah dengan segala kemuliaan-Nya tidak pernah terkurung, dikekang, maupun menjauh dari manusia setelah mereka diciptakan.

Allah juga adalah Allah yang mau menyatakan diri-Nya kepada manusia dan telah ditunjukkan-Nya kepada Abraham, Ishak, Yakub, Musa dan bangsa Israel (Mazmur 103:7) .Dalam pandangan umum, manusia mengenal Allah lewat ciptaan-Nya, Dia mengatur tatanan alam semesta ini dengan baik. 

Dalam Kekristenan, kehadiran-Nya sangat spesifik.  Allah  dengan kerelaanNya menyatakan Dirinya kepada manusia, bahkan  dapat merasakan kesusahan manusia, misalnya apa yang dirasakan Anak-Nya Yesus, “cawan ini kalau bisa lalu” atau, “Allahku, Allahku mengapa engkau meninggalkan Aku”. Perasaan ditinggalkan dan kesakitan pasti dialami semua manusia, bahkan di sorga pun Dia turut  merasakannya.  “Akulah Yesus yang kau aniaya itu”, (Kisah Rasul 9:5).  Yesus bukan meminta belas kasihan kepada Paulus, tapi karena Yesus sebagai kepala sudah menyatu dengan gereja-Nya para orang-orang percaya. Ekspresi-Nya kepada Paulus adalah ekspresi kasih (Efesus 1:5) yang ingin memanggil Paulus kepada misi yang besar. Perjumpaannya dengan Yesus  menyebabkan Paulus jatuh kemudian buta, bukanlah suatu penghukuman  tetapi karena kemuliaan Tuhan  yang dia lihat dan tidak kuat menatapnya (Kisah Rasul 22:11).

 

Allah dalam kasihNya sendiri

Tuhan  ingin menyatakan diri-Nya bahkan turut merasakan penderitaan manusia, 1 Yohanes 4:8 menyebutkan Allah itu kasih. Ini menandakan bahwa Dia adalah pribadi yang mengasihi. Tindakan-Nya selalu disertai kasih. Dalam mencipta, Dia melakukannya  dalam kasih bahkan dalam mendisiplinkan orang-orang percaya pun Dia lakukan dalam kasih. Kasih-Nya itu tidak baru dinyatakan sejak hadirnya manusia di muka bumi ini. Sebelum dunia ini ada Allah sudah mengasihi, lalu kepada siapa Allah berbuat kasihNya tersebut? Inilah uniknya iman Kristen, ini adalah kasih di dalam Trtitunggal yang kudus yaitu, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Yesus mengatakan dalam Yohanes 17: 24, “Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”. Dan “Anak pun mengasihi Bapa” (Yohanes 14:31). Roh Kudus pun memuliakan Anak (Yohanes 16:14). Dalam kasih, harus ada yang dikasihi dan harus ada pribadi yang mengasihi dan ini sudah ditunjukkan lebih dahulu dalam saling mendiami (perikoresis) pribadi-pribadi di dalam Trinitas.

Karena kasih-Nya sudah ada sebelum dunia dijadikan maka tidak ada yang menyebabkan diluar diri-Nya sehingga  Dia  berbuat kasih. Saat manusia jatuh dalam dosa Allah bukan mengambil sikap “ohhh kasihan ya Adam” menandakan  kasihNya baru muncul, tidak demikian. Kasih-Nya kekal dan selalu melekat dalam diri-Nya.

 

Agape dalam konteks

Umumnya, kita mengenal ada empat kata Yunani untuk “kasih” yaitu, “Agape” (pengorbanan), “Philia” (pertemanan), “Eros” (kasih dalam hubungan percintaan, namun kata ini tidak muncul di dalam Alkitab) dan “Storge” (kasih antara orang tua dengan anak). Sering kali, “agape” sangat disanjung karena memang benar lewat kasih itu Allah menyerahkan AnakNya (Yohanes 3:16), namun hal ini tidak harus dilebih-lebihkan, melainkan dilihat masing-masing narasinya. Misalnya, Demas rekan Paulus mengatakan, ”karena Demas telah mencintai dunia dan meninggalkan aku” (2 Timotius 4:10). Kata “mencintai” disini menggunakan “agape”, tapi dikaitkan dengan mencintai dunia dan meninggalkan Paulus.  Contoh lain, Amnon dengan Tamar adik dari Absalom. Ada 2 modifikasi akar kata “agape” disebutkan yaitu, di ayat 1 dan 4 dalam 2 Samuel 13 versi Septuaginta. Diceritakan Amnon begitu semangat mencintai Tamar namun yang terjadi kemudian adalah kebencian dan pemerkosaan yang dilakukan Amnon.  Seorang pria yang mengaku mencintai dengan pengorbanan, tapi malah kemudian memperkosa dan membenci wanita itu. Ini bukan “agape” yang murni karena Amnon tidak siap menerima penolakan dari Tamar dan lebih runyam lagi hatinya ditaklukan dengan kekuasaan untuk memperkosa dan membenci Tamar.

 

Yesus, Kasih, Anugerah dan Keselamatan

Yohanes dalam penyebutan Yesus di dalam injil, tidak asal mengarang narasinya. Semua berangkat dari apa yang dia lihat. Yohanes telah melihat kemuliaan-Nya, salah satu yang dilihat adalah saat Yesus dipermuliakan di atas gunung penuh kemuliaan Allah yang turun atas-Nya. Bahkan dalam 1 Yohanes 1:1, dia mengatakan, “yang telah kami dengar, kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami Firman yang hidup…”.

Kemuliaan yang diberikan kepadaNya, Yesus mempunyai bagian dalam kemuliaan Bapa sebagai Anak Tunggal Bapa. “Anak” yang special, tidak ada yang lain selain Dia. Yohanes ingin menunjukkan bahwa selama masa itu baik orang Israel ataupun orang Yunani menghormati hikmat dan logos namun  sekarang dihadirkan dalam sosok manusia yang membawa anugerah dari BapaNya.

Kasih dan anugerahNya saling terkait. Kasih adalah salah satu karakter Allah yang ditunjukkan-Nya ketika mengirim AnakNya ke dunia ini (Yohanes 3:16, Roma 5:8), sedangkan anugerah adalah sesuatu yang Dia ingin limpahkan kepada manusia. Dari kasih datanglah anugerah. Anugerah atau “Grace” secara umum  adalah “kemurahan, kebaikan, atau “dukungan”. Dalam pengertian lebih luas, bisa berarti pula “kesukaan”. Anugerah merupakan salah satu tema penting dalam PB di mana Paulus dalam bagian awal semua suratnya selalu menuliskan  “anugerah dan damai sejahtera” atau “anugerah”.

Dalam Yohanes 1:14, dikatakan Yesus yang datang ke dunia dengan penuh kasih karunia atau anugerah, lalu di ayat 16, anugerah itu dialami oleh orang-orang percaya. Dalam hubungan dengan keselamatan, hal ini merupakan hadiah yang sebenarnya tidak bisa diklaim. (1 Korintus 6:20). Kita sebagai orang berdosa sebenarnya tidak mempunyai hak untuk menerima kemurahan, kebaikan, dan kesukaan dari Allah.

 

Yesus dan dosa

Misi yang akan dijalankan-Nya adalah untuk menyelamatkan manusia dari perhambaan dosa yang menggiring manusia kepada murka Allah dan berujung kematian kekal.  Yesus menyebutkan ini sebagai hamba dosa (Yohanes 8:34) atau oleh Paulus menyebutnya sebagai budak dosa (Roma 6:16). Dengan menjadi hamba  orang tersebut tidak memiliki tempat dalam keluarga dan hidupnya di luar rumah (Yohanes 8:35). Ini dialami baik Yahudi dan non Yahudi. Dalam pemandangan Allah manusia tidak dapat berbuat satu pun untuk menyelamatkan dirinya. Akan tetapi, dalam Yohanes 8:33, para pemuka Yahudi mempunyai pandangan lain, mereka bangga bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hampa siapapun. Namun, Yesus justru berkata kepada mereka bahwa mereka adalah hamba dosa. Dalam pemahaman Yahudi, eksistensi manusia dihadapi dengan adanya konflik antara dorongan berbuat baik dan dorongan berbuat jahat.

Bagi mereka hukum Taurat menahan dorongan keinginan berbuat jahat sehingga dorongan untuk berbuat baik selalu dijaga, namun persoalannya tidak satupun mereka bisa menjalankan perintah Taurat itu dengan sempurna. Taurat yang diandalkan oleh orang Yahudi tidak dapat membebaskan mereka karena ketidaksanggupan mereka menjalankan sepenuhnya perintah itu. Bagi orang Yahudi mereka dituntut kepada ketaatan yang sempurna. Jika mereka menuruti semua perintah namun satu bagian saja ada yang gagal, mereka bersalah atas semua perintah tersebut. Di sisi lain, kata Paulus hukum itu malah menyatakan pelanggaran.

Sebelum hukum itu datang, dosa telah ada, tapi dia baru nyata  ketika hukum itu dinyatakan. Dengan berkaca kepada hukum itu, kita tahu kita telah berbuat dosa. Akan tetapi, tidak ada solusi untuk keluar dari dosa dan pada akhirnya dosa terus menekan hidup mereka. Ironisnya, hal ini terjadi pada bangsa pilihan Allah sendiri. Disinilah perlu anugerah yang harus mereka alami. Kalau ini dibiarkan, dosa itu akan mendatangkan maut. Upah dosa adalah maut, kejahatan apa yang kita lakukan akan membuahkan maut, tapi anugerah itu bukan upah, seakan-akan ada kebaikan yang kita kerjakan, lalu diberi hidup kekal, bukan! Keselamatan  atau hidup kekal itu adalah anugerah gratis yang sebenarnya tidak dapat  kita klaim,  kita menerimanya hanya lewat iman dari awal kita percaya sampai akhir hidup kita.

Waktu Adam dan Hawa berdosa, Tuhan tidak mengatakan bahwa mereka harus menjalankan perintah-Nya agar hubungan mereka dengan Tuhan terjalin lagi, tidak! Apa yang Tuhan buat adalah Dia sendiri yang mengenakan kulit binatang untuk menutupi tubuh Adam dan Hawa. Tuhan tahu bahwa mereka tidak sanggup melakukannya. Manusia memerlukan anugerah dan sudah tentu hanya manusia Allah yang mampu menjalankan misi penyelamatan itu dan Dialah Yesus.

 

Yesus dan hukuman atas dosa

Bapa mengasihi manusia dan lewat Anak-Nya, Ia ingin menyelamatkan manusia dari hukuman dosa,  namun di sisi lain hukuman atas dosa tetap perlu Dia jalankan. “God is love”, tapi juga adalah “God is justice”. Kita tidak bisa dengan tiba-tiba dibebaskan begitu saja dari kurungan penjara atau seorang hakim yang tiba-tiba memutuskan seorang kriminal pergi bebas begitu saja. Hukuman tetap perlu dijalankan untuk menegakkan keadilan. Bagaimana ini bisa dijalankan? Yesus mengambil peran menjadi pengganti kita di mana Dia yang tidak berdosa mati buat kita dengan menjadi korban dan membawa darah-Nya sendiri agar kita diselamatkan sekaligus Da menanggung hukuman atas dosa.  Dalam Roma 8:3-4, Paulus menuliskan “Allah mengutus AnakNya dalam daging dan Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” Kesetiaan-Nya melakukan kehendak Bapa sampai mati di salib. Hal ini merupakan tindakan-Nya yang mewakili kita. Dia jalankan dengan begitu sempurna.  Dalam ini, kita diperdamaikan dengan Allah.

Efesus 2:4-5. : “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan kesalahan kita, oleh kasih karunia kamu diselamatkan”

 

Manfaat Anugerah Allah

Manfaat anugerah yang kita terima dari Allah adalah sebagai berikut:

1. Dalam Kasih karunia, kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan.Roma 5:1-2. Kita yang tadinya hamba dosa sekarang bisa berdiri lewat anugerah Allah. Dan bermegah dalam pengharapan akan kemuliaan Allah.

2. Di karuniai talenta dalam pelayanan. 1 Petrus 4:10-11, Roma 12:6. Jangan kita sombong, mau jadi sentral dalam pelayanan. Ingat! Kita semua datang dari latar belakang yang sama, yaitu, pelayan-pelayan dosa, namun lewat anugerahnya kita semua diselamatkan dan mendapat bagian dalam pelayanan dalam tubuh Kristus. Pada akhirnya, bukan kita yang dimuliakan tapi Allah. (Ivan Kaligis, 8-1-2023).

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment