Nikodemus
Sudah menjadi tradisi bawah setiap orang non Yahudi yang berkeinginan masuk dalam komunitas Yahudi harus mengikuti pembersihan lewat air sebagai tanda pembersihan atas ketidakmurnian mereka.Nikodemus seorang pemuka Yahudi tentu mengetahui akan tradisi ini.
Namun hal ini sekarang ditujukan Yesus kepada pemuka agama Yahudi itu. Mereka harus juga mengalami pembabtisan tapi bukan pembabtisan lahiriah melainkan pembabtisan rohaniah. Yesus menyebut “Kamu” dalam bentuk jamak dalam Yohanes 3:7 tidak ditujukan kepada Nikodemus saja tetapi juga kepada golongan-golongan yang ada dalam Yahudi. Status sebagai pemimpin agama Yahudi tidaklah cukup buat Nikodemus, dia harus mengalami “kelahiran kembali”.
Alkitab mengajarkan bahwa ketika kita lahir kita sudah ada dalam penguasaan dosa entah kita baik ataupun jahat “bagaimana manusia benar dihadapan Allah dan bagaimana orang yg dilahirkan perempuan itu bersih?” (Ayub 25:4). Lebih spesifik lagi Paulus katakan bahwa “ maut telah menjalar ke semua orang karena semua oramg telah berbuat dosa..dan menerima penghukuman” (Rom 5:12,18). Nikodemus termasuk Parisi,Saduki dan lain lain masuk didalamnya.
Yesus menjelaskan bahwa kelahiran kembali tersebut adalah pekerjaan Roh Kudus. “Angin bertiup kemana pun dia mau dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi” (Yoh 3:8). Lahir baru tidak melibatkan kontrol manusia, kita tidak tahu bagaimana Dia bekerja dalam diri masing-masing orang. PekerjaanNya real namun juga misterius. Yang diperlukan dari kita adalah percaya kepadaNya. Yohanes juga menyebutkan soal penghukuman ini dan meminta manusia untuk percaya kepada kematianNya sebagai syarat tidak dihukum (Yohanes 3:18,14).
Paulus
Sama seperti Nikodemus, Paulus juga datang dari golongan terpandang. Dia menjelaskan latar belakang kesetiaannya kepada Taurat dan asal usulnya bahkan sebuah kebanggan saat dia bisa menganiaya jemaat (Filipi 3:5-6). Dia seorang penghujat dan penganiaya kelas berat (1 Tim 1:13) namun pada akhirnya ini semua dia pandang rugi (Fil 3:8) dan kebodohan/ tanpa pengetahuan (1 Tim 1:13) karena pengenalannya akan Kristus dan pengasihan yang diberikan Yesus kepadanya. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus yang merubah akan cara hidupnya yang lama tersebut (Kisah Rasul 9:17). Perjumpaannya kepada Kristus dalam Kisah Rasul 9 merupakan titik awal perjalanan rohaninya, karir misinya dan buah pikiran teologinya.
Pembenaran
Teologinya mulai terlihat ketika berada di Antiokhia (Kisah Rasul 13:13-43) khususnya ayat 38-39. Paulus menjelaskan kepada sesama bangsanya akan pentingnya pengampunan dosa sepenuh yang datang dari Yesus serta pembenaran atau pembebasan dari dosa yang tidak disediakan oleh hukum Musa.
“Pembenaran” bukanlah barang baru bagi Paulus, dia sudah menjelaskan ini panjang lebar dalam Roma 4 dengan menjadikan kisah Abraham sebagai basisnya dengan alasan bahwa pembenaran Abraham terjadi sebelum datangnya hukum Taurat Musa. Lalu apa yang dimaksud dengan pembenaran/dibenarkan (Yunani “ dikaio) bagi Paulus. Pada dasarnya kata ini mengandung arti “forensic” yaitu deklarasi keputusan yang biasa terjadi dalam pengadilan yaitu ketika seseorang dinyatakan benar atau bebas dari hukuman. Namun disini tidak berarti bahwa Allah membenarkan akan perbuatan dosa kita atau kita dibenarkan sebab kita berbuat baik atau bahkan kita diputuskan “not guilty” oleh Allah.
Pembenaran yang dimaksud Paulus disini yaitu ketika dosa kita diampuni, disucikan dan dipulihkannya hubungan baru kita dengan Bapa lewat iman kita kepada apa yang Yesus lakukan di kayu salib, Roma 5:1-2. Dengan kasihNya Dia mati buat kita sehingga kita dibenarkan dan yang tadinya budak dosa sekarang berdiri dan bermegah oleh anugerahNya. Sedangkan damai sejahtera yang dimaksudkan disini bukanlah kedamaian yang terjadi dalam internal hati kita tetapi lebih kepada berdamainya kita dengan Allah..kita yang tadinya seteru sekarang disatukan lewat darah Kristus (Roma 5:10: Ef 2:13-18). Benefit lainnya yang kita peroleh adalah juga tidak adanya lagi penghukuman (Roma 8:1-2). Sama seperti Yohanes dalam injilnya demikian juga Paulus menyebutkan pembebasan dari hukuman dosa dan maut.
Pengudusan, menunggu dimuliakan
Paulus dalam Roma 5:2 tadi juga menuliskan apa yang akan terjadi atau pengharapan apa yang akan dialami orang-orang percaya yang telah diampuni dan dibenarkan tersebut. Paulus menyebutkan akan adanya kemuliaan yang akan diterima orang-orang percaya.
Masa dantara kita dibenarkan sampai dengan dimuliakan itu adalah masa pengudusan. Waktu kita telah diselamatkan, dibebaskan dari budak dosa bukan berarti kita menjadi seperti malaikat atau imun dengan dosa. Orang-orang percaya masih dapat berbuat dosa. Allah sekarang sedang memproses kita. Dalam Roma 8:29 Paulus lebih spesifik lagi menjelaskan akan ditentukannya (predestinasi) orang-orang percaya menjadi serupa dengan gambaran AnakNya.
Allah belum selesai dengan keselamatan kita, pengudusan baru saja Allah lakukan ketika kita percaya dan terus berlanjut lewat usaha kita. Fil 2:12-14 secara jelas menjelaskan baik peran kita untuk “work out” terhadap keselamatan dengan takut dan gentar. Ini tidak bekerja secara otomatis atau dari pihak Allah saja tapi melibatkan tiap individu dan komunitas orang-orang percaya untuk saling membantu, kata “kamu” dalam ayat-ayat ini menggunakan bentuk jamak menandakan pekerjaan keselamatan tersebut melibatkan para anggota-anggota tubuh Kristus.
Allah memampukan orang-orang percaya untuk mengerjakan keselamatan itu. Bapa gereja John Chrysostom menjelaskan ayat-ayat itu bahwa keinginan Allah tidak menggantikan kerelaan keinginan kita tetapi memampukan, meningkatkan kesanggupan dan kebebasan dalam menjalankan apa yang Allah minta. “Takut dan gentar” bukanlah Allah sedang mengancam tapi untuk kita “aware” bahwa Dia hadir memperhatikan ketaatan kita. Paulus tidak ingin orang-orang percaya yang sedang dikuduskan hidup kembali dalam perbudakan dosa.
Dalam Roma 6:1 indikasi demikian bisa terjadi apalagi ada anggapan bahwa jika hidup dalam dosa lagi maka akan banyak lagi kasih karunia yang dicurahkan. Di ayat 2-7 Paulus memberikan semacam “flashback” untuk mengcounter pemikiran demikian dan menegaskan bahwa kita dahulu telah mati bagi dosa, dosa yang dahulu menekan hidup kita, menjajah kita, orientasi hidup kita dahulu kepada dosa sekarang lewat penyaliban manusia lama kita, lewat pembabtisan dan penyatuan dalam kematianNya, mengalami hidup yang baru dan akan menjadi satu kelak nanti dalam kebangkitanNya, seharusnya tidak ada lagi relasi dengan dosa. “Sebab siapa yang telah mati ia telah bebas dari dosa”(ay 7) Paulus menganalogikan sikap ini seperti orang yang telah meninggal dimana mereka tidak dapat berbuat dosa lagi.
Yang diperlukan saat itu hanyalah kita cukup menganggap atau memandang bahwa kita telah mati bagi dosa dan cukup mengetahui tahu bahwa manusia lama kita telah disalibkan (lihat ayat 6 dan 11)…tidak ada yang kita perbuat dalam meraih keselamatan saat itu, cukup memandang dan mengetahui saja. Pola pikir inilah diharapkan Paulus untuk terus tertanaman dalam benak orang-orang percaya dalam masa pengudusan mereka. Paulus seperti mengatakan “ingat bahwa kamu telah mati bagi dosa”. Inilah yang harus kita “aware” ketika dosa sedang menggoda kita dan ingin berkuasa kembali, lihat juga pesan-pesan Paulus selanjutnya di ayat-ayat 12-13.
Pola Pengudusan dan perbandingannya dengan Pembenaran
Dari Roma pasal 6 tsb kita dapat menarik kesimpulan bahwa kekudusan versi Paulus bukanlah menarik diri dulu dari keinginan dunia baru datang kepada Allah, tidak demikian. Allah yang harus lebih dahulu melakukan sesuatu kepada manusia, menyucikan manusia dulu barulah manusia meninggalkan kehidupan lamanya tersebut. Penolakan atas dunia itu merupakan implikasi ketika seseorang sudah bertekun kepada Allah.. penolakan akan dunia bukanlah sumber kekudusan tapi implikasinya, lihat ayat-ayat seperti 1 Pet 1:2, 1 Tes 4:7-8, 2 Tes 2:13.
Perbedaan antara pembenaran (ketika kita percaya) dengan pengudusan:
1 Pembenaran..legal standing..hubungan dengan Allah telah terjadi seketika sedangkan dalam pengudusan kondisi internal kita mulai diperbaharui. (2 Kor 3:18 teks asli mengatakan “sedang diubah menjadi serupa").
2. Pembenaran sekali untuk selamanya sedangkan pengudusan terus menerus sepanjang hidup kita sampai kita mati dan mengalami puncaknya ketika Yesus datang “mengubah” tubuh kita (1 Tes 5:23). Tadi sudah dikatakan starting point yg pertama dimulai oleh Allah dan ini terus berlanjut dengan kerjasama dari kita lewat usaha dan disiplin.
Teolog Wayne Grudem mendefinisikan pengudusan sebagai pekerjaan progressive Allah dan kita, yang membuat kita lebih dan lebih bebas lagi dari dosa dan menjadi seperti Kristus dalam kehidupan kita.
3. Pembenaran merupakan pekerjaan Allah sepenuhnya sedangkan pengudusan juga merupakan pekerjaan Allah namun peran kita dibutuhkan.
4. Pembenaran sempurna dalam hidup namun pengudusan belum sempurna dalam kehidupan yang sedang dijalankan.
5 Pembenaran, sama untuk semua orang Kristen sedangkan pengudusan tidak selalu sama tingkatannya dalam semua orang percaya. Contoh Ibr 12:1”..berlomba-lomba dengan tekun.”. dan Roma 14:1-4.
Lalu apa yang kita lakukan
1. Mengakui bahwa hidup dalam Kekristenan merupakan pergumulan.
Paulus dalam Gal 5:17 menjelaskan akan pergumulan orang-orang percaya..”sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging”, artinya ketika datang keinginan daging dia akan melawan keinginan Roh saat orang percaya ingin hidup dalam Roh dan sebaliknya ketika keinginan Roh datang, dia akan melawan keinginan daging ketika orang percaya ingin berjalan dengan kedagingannya. Wayne Grudem lebih lanjut menjelaskan kita tidak bisa mengatakan “saya telah sempurna bebas dari dosa” dan kita juga tidak mengatakan “ dosa ini telah mengalahkan saya, saya menyerah” Kondisi ini akan mengijinkan kembali dosa akan memerintah hidup kita. Kita jangan sampai kepada pemikiran demikian. Kita jangan kalah. itu juga bukan berarti terjadi sebuah sikap “deadlock”.
2. Berserah terus kepada pimpinan Roh Kudus. Roma 8:11-13. Ay 11 sudah kita alami dan Roh Kudus sudah ada di dalam kita. Ay13 perhatikan kalimat “oleh Roh” ini bukan oleh kita untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging. Kata Yunani “mematikan” disini mengambil bentuk present yang menekankan akan proses yang kontinuitas. Problem keinginan daging ini ada dalam diri kita maka solusinya bukan dari diri kita sendiri tapi dari Roh Kudus..yang diperlukan dari kita adalah berserah/berjalan kepada pimpinan RK . Berserah pada pimpinan Roh ini bisa dalam bentuk berdoa seperti..”jauhkan kami dari segala pencobaan” atau dalam bentuk perenungan seperti yang sudah dijelaskan tadi dalam Roma 6:11.
3. Selalu hidup dalam pengakuan dosa 1 Yoh 1:9.
4.Menerima teguran/nasehat Gal 6:1-3, Mat 18:15
Closing 1 Pet 1:3-5: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang karena rahmatNya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa,yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada akhir zaman”.
Jalani hidup ini dengan Tuhan..enjoy this life dengan kasih Nya namun tetap juga sadar agar tidak berbalik kepada suatu titik yg namanya perbudakan dosa”. Amin. (Ivan Kaligis 8-2-2023)
Comments (2)
Spot on with this write-up, I really thijk this amazing site needs much more attention. I'll probably be back again to see more, thanks ffor the info! https://Zeleniymis.com.ua/
ReplyAwesome article. https://tri1ls.webflow.io/
Reply